Niat ikut meramaikan
Yuk Menulis Aceh di Blog yang dilaksanakan oleh
Aceh Blogger Community dalam
rangka
ulang tahun aceh blogger yang ke-6 bertepatan dengan 1 November yang ditabalkan dengan nama
Aceh Blogger Day akhirnya terwujud, disela-sela
kesibukan saya sempatkan diri untuk mencari sesuatu yang berbeda tentang Aceh untuk
saya tuangkan dalam corat-coret saya ini. Terimakasih saya ucapkan buat admin
aceh blogger community yang menyelenggarakan sayembara ini, dan ini merupakan
suatu bentuk kepedulian beliau terhadap Aceh ini. Saya menduga beliau
beranggapan begini “kalau bukan kita yang peduli pada Aceh siapa lagi, kalau
bukan sekarang kapan?”
Banyak sekali hal yang bisa kita
tuangkan dalam bentuk tulisan tentang Aceh, mulai dari bagaimana Aceh dulu
pernah berjaya ketika masih Sultan Iskandar Muda memimpin kerajaan, kemudian
bagaimana keikutsertaan Aceh dalam menumpas penjajahan di negeri pertiwi, membantu Indonesia dalam
garis besar memproklamirkan kemerdekaan, serta bagaimana tindak tanduk provinsi
sebelah barat Indonesia ini dalam hal penyeimbangan perekonomian Negara bekas
jajahan Belanda dan Jepang yang merdeka di tahun 1945 ini.
Masih banyak lagi, jika ingin
menulis tentang keindahan alam, Aceh cukup punya modal di bidang itu. Lihat
Lampuuk, pantai indah nun mempesona. Kita juga punya sabang yang alam baharinya
melenakan mata. Epss jangan lupa juga alam Meulaboh, Abdya, Kota Juang, Tanah
Gayo, Simeulu, Petro Dolar, Langsa dan keseluruhan wilayah Negri Cut Nyak Dhien
ini mampu memberikan decak kagum bagi siapa saja yang pernah mengunjunginya.
Belum lagi kondisi masyarakat yang ramah-tamah, mudah bergaul, tidak pernah
memandang derajat dan harta. Tapi ingat orang Aceh jangan diusik, apabila
terusik maka tunggulah akibatnya, seperti lebah yang tawadhu’ apabila diganggu
maka ancaman yang kita dapatkan.
Oke sekian mukaddimah dari saya dan sekarang
kita masuk ke topik yang kita canangkan yaitu menulis Aceh dan mempromosikannya
di dunia maya.
…
Keindahan panorama Aceh memang
tidak terbantahkan, Sabang misalnya. Bagian dari wilayah Aceh yang terletak
ditengah lautan itu memiliki ragam wisata yang membuat siapa saja betah
berlama-lama. Alam lautan yang mempesona, pemandangan daratan yang menawan,
sungguh lengkap yang di anugerahkan Tuhan untuk Negeri tercinta. Para penikmat
keindahan alampun berdatangan, mereka bukan hanya asli dalam negeri, wisatawan
mancara negara juga ikut ambil bagian untuk menikmati alam Aceh yang permai.
Berbicara Sabang memang tidak
akan habisnya, tetapi yang menjadi tujuan didalam tulisan ini bukanlah Sabang,
apa juga… kan begitu? Ada bagian lain dari Aceh yang patut kita ketengahkan
untuk bahan pertimbangan bagi siapa saja yang ingin menikmati suasana Aceh yang
masih alami, jauh dari polusi dan masih tetap membahagiakan mata, memberi
inspirasi atau ide-ide baru untuk wisata Islami Aceh ke depan. Dalam hal ini
sebut saja Pantai Pasi
Alue Kuta, lokasinya memang tidak sestrategis Pante Lhoknga, atau
Pasi Pusong Lhokseumawe, tetapi jika kita berminat untuk sampai ketempat
tersebut Insya Allah kita sampai. Sekitar 30 menit perjalan dari jalan
Medan-B.Aceh tepatnya ke arah utara Kuta Blang-Bireuen, dengan melintasi jalan
yang sedikit berbatu seperti tidak tersentuh pembangunan itu kita akan sampai
pada satu Desa terakhir dari tiga desa di jalan yang kita lalui tersebut. Nama
desanya Alue Kuta, di situ kita bisa singgah untuk sekedar meluruskan kembali
tulang-belulang yang seakan rontok saat diperjalan tadi.
Ada satu hal istimewa di desa
ini, pada desa yang sebagian besar wilayahnya berupa tambak ikan ataupun udang
itu terdapat satu makam Aulia Allah yang namanya Tgk. Di Beurawang. Konon
cerita masa lalu, aulia Allah tersebut ditemukan karam dilautan dan kemudian di
kebumikan di desa tersebut. Cerita di masyarakat berkembang sesekali penjaga
makam beliau menampakkan diri dalam wujud harimau yang jinak, berkeliaran
sekitar makam itu dan tidak keluar dari areanya. Sangat disayangkan situs
sejarah seperti ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah, setidaknya untuk
perawatan makam Aulia Allah itu. Kembali ke topik, setelah melepas penat di
desa tersebut, kita boleh melanjutkan perjalan melewati dua desa lagi untuk
sampai tujuan, diperjalanan kita akan disuguhkan pemadangan pepohonan di dalam
aliran sungai seperti hutan dalam film Rambo yang sungguh menawan. Itulah jalan
yang kita tempuh untuk sampai ke pantai Pasi Alue Kuta yang saya ketengahkan pada
tulisan ini.
Benar kata orang, Aceh sungguh
kaya dengan keindahan alam. Di pantai Pasi Alue Kuta ini jika kita datang di pagi hari
maka kita akan mendapati para nelayan yang mulai kembali dari lautan. Pemandangan
menakjubkan saat perahu-perahu kecil mulai menepi dan kemudian ramai-ramai
warga membantu menaikkan perahu-perahu itu kedaratan, disinilah kita bisa
mendapat pelajaran bahwa kehidupan mereka sungguh indah, penuh dengan
persaudaraan, saling bantu-membantu, saling menguatkan berbeda jauh dengan
kehidupan di kota yang kesehariannya hanya memikirkan diri sendiri saja.
Nyanyian alam dipandu oleh deburan
ombak yang menghempas pantai membuat kita betah berlama-lama apalagi jika cuaca
mendukung makin membuat kita enggan untuk pulang. Pemandangan yang masih alami,
pohon cemara yang tumbuh berdekatan, ditambah desiran angin yang menyejukkan
membuat suasana semakin terasa nyaman. Suatu kondisi yang sangat diidam-idamkan
oleh kebanyakan orang dimana kepulan asap polusi tidak sedetikpun akan kita
rasakan.
Alam yang benar-benar asri. Nikmat
Tuhan apa lagi yang akan kita nistakan? Sungguh suatu pemberian yang maha
dahsyat untuk kita, untuk Aceh tercinta. Pun begitu masih banyak dikalangan
kita yang masih jauh dengan agama, tidak shalat, gemar membunuh, rajin menabung
kekayaan dari harta haram. Kenapa? Kenapa masih ada maksiat di bumi serambi
Mekkah ini, di bumi yang syariat islamnya selalu didengunkan itu dan pengaplikasiannya
masih jauh api dengan panggang. Ini membuktikan kita belum mensyukuri nikmat
yang telah dianugerahkan, dengan bumi yang indah, alam yang ramah, hasil bumi
yang melimpah. Ingat kita belum sepenuhnya mensyukuri.
Sampai disini tulisan saya,
dengan kata yang kaku, kalimat yang compang camping saya beranikan diri untuk
mempromosikan Aceh di dunia maya. Setidaknya saya telah ikut memberikan partisipasi
untuk kemajuan Aceh ke depan. Akhirul kalam…
Sedikit galeri Wisata Aceh
|
Pasi Alue Kuta |
|
Pasi Alue Kuta |
|
Pasi Alue Kuta |
|
Pasi Alue Kuta |
|
Pasi Alue Kuta |
|
Pasi Alue Kuta |
|
Pasi Alue Kuta |
|
Pasi Alue Kuta |
|
Jembatan Pasi Alue Kuta |
|
Lhok Nga |
|
Lhok Nga |
|
Lhok Nga |
|
Lhok Nga |
|
Lhok Nga |
|
Menara Mesjid Baiturrahman |
|
Mesjid Baiturrahman |
|
Pante Lampuuk |