aku menunggumu di sudut ruangan itu...
saat semua orang tak ingin melihat tampangmu...
saat semua orang acuh tak acuh denganmu...
kemana saja kamu slama ini...
hingga tampangmu begitu lusuh...
kau tampak kurus seperti tidak makan berhari-hari...
kemana saja...
lama tak ada kabar...
rindu dengan suara mu yang begitu parau bergetar...
saat kau nyanyikan lagu-lagu sendu di hamparan ilalang...
kemana saja...
kenapa engkau tak menjawabnya...
apa engkau sudah bisu...
atau engkau sudah kelu...
cepat jawab...
jangan buat jiwa ini runtuh tanpa belas kasihan...
oleh ratapan tak bertuan yang engkau kirimkan...
kenapa masih saja mematung...
apa engkau benar-benar tidak mendengar lagi suaru ku...
atau engkau membenciku...
jawab...
badan ini hampir saja runtuh...
jika nadi-nadi tidak lagi berdenyut ikut irama degup jantung...
kau masih saja mematung...
tersandar ditepi jurang...
Oh Tuhan...
apa yang terjadi dengan mu...
kenapa wajahmu membiru...
pundakmu tampak memerah...
sekujur tubuhmu penuh luka...
berlumur darah...
Oh Tuhan...
sungguh tidak mungkin...
kenapa nafasmu tidak lagi menderu...
aku sungguh tak percaya...
mengapa kamu penuh luka...
siapa yang tega berbuat seperti ini...
disaat semua mendengungkan perdamaian...
sungguh keji...
kamu benar-benar diacuhkan...
kamu telah diasingkan...
sungguh tega mereka berbuat nista...
dimana kedamaian...
kemana para petinggi itu...