Purnama
ketujuh ketika bidadari turun memekarkan melati,
Embun berhamparan
digelinding angin pucuk akasia
Membasahi kelopak-kelopak indah harum
semerbak.
Seketika mega pagi berwajah dipucuk timur,
Bidadari pulang keperaduan.
Cahaya perak berwajah nelangsa tembus melewati celah-celah dinding kamar.
Alam mulai hingar,
Mimpi berlalu bersama pungguk yang merindu.
Terusik cahaya nelangsa, penghuni kamar mengusap mata.
Ternyata mimpi yang membuai,
Mengelabui subuh hari musafir cinta.
Berharap terhanyut lebih lama dalam harmoni nada-nada indah sang Orkestra..