Minggu lalu kamu memintaku untuk jalan-jalan ke taman mini, katamu untuk sekedar
refreshing, sekedar ngehilangin stress karena di rumah terus. Aku
turuti, sorenya kita sudah disana. Kulihat banyak pasangan berlalu
lalang, ada yang membawa anaknya, banyak juga yang tidak. Mereka
sepertinya pengantin baru atau yang baru jadian, terlihat mesra,
berjalan bergandengan tangan mengelilingi taman.
"Kita parkir
dimana?" Tanyaku. " Terus saja hingga lewat geray barang antik itu,
kemudian belok kiri. Parkirnya pas ke sudut selatan aja, nanti biar enak
kita putar keluar". Katamu menjelaskan panjang lebar. Dulu kamu memang
sering kesini, hingga kamu tau dimana enak parkir dan tidak berdesakan
saat keluar.
Aneh, ini aneh sekali. Tapi ku pikir itu hal yang
wajar, semua mata tertuju pada kita. Walau ada sebagian yang curi2
pandang, aku tau tapi tidak ku hiraukan. Aku merangkulmu keluar dari
mobil dan menggopongmu ke kursi roda. Aku mendorongnya perlahan. Kita
mengelilingi taman, ke kebun binatang, ke kolam ikan mas sejenak, aku
ikuti saja kemana kamu minta. Perlahan aku mendorongnya, kemudian kamu
memintaku untuk mampir di warung bakso dekat taman anggrek itu, aku
turut saja, dan itu menyenangkan. Kita memesan dua mangkot bakso, aku
jangan pakek mie, kamu selalu memesan komplit, kamu juga suka pedas,
kita selalu begitu.
"Yang pakek kursi roda itu siapa mbak?"
Penjaga warung bakso bertanya padaku. "Suami saya". Aku menjawabnya
spontan. "Cinta memang buta" dia berdesir begitu. Dia pikir aku tidak
mendengarnya. Hanya aku tidak lagi menghiraukannya, lagi-lagi hal yang
wajar pikirku.
"Kita kemana lagi mas?" "Pulang, nanti kita
singgah sebentar dekat dermaga, aku ingin melihat senja sebentar,
menikmati apapun disana, walau sederhana, jika berdua denganmu itu
terasa sempurna" katamu. Aku tersenyum saja.
***
Sampai sekarang
ini, di sore sesepi ini aku hanya bisa tersenyum saja dengan kenangan
itu. Menikmati hari-hari setelah kepergianmu itu pahit sekali.
Melupakanmu sama sulitnya dengan berusaha mengingat seseorang yang belum
pernah ku kenal. Tapi itulah takdir, mempertemukan kemudian memisahkan.